Arti kegagalan

Orang yang berhasil akan mengambil keuntungan dari kesalahan-kesalahannya
dan mencoba lagi dengan cara yang berbeda.
Suatu kesalahan adalah bukti bahwa seseorang telah berusaha melakukan sesuatu.
Kegagalan tidaklah berarti anda tidak akan pernah berhasil,
itu hanya perlu waktu lebih lama.
Jika anda menemukan suatu jalan tanpa rintangan-rintangan,
Kemungkinan jalan itu tidak menuju ke mana-mana.
Kegagalan hanyalah sebuah kesempatan bagi anda untuk mencoba lagi.
Seseorang yang kurang berani memulai telah dikalahkan lebih dulu.
Kita tidak bisa belajar apa-apa
kalau kita tidak mau gagal pada pertama kalinya.
Anda belum tamat saat anda telah gagal sekali…
Anda tamat hanya saat Anda menyerah.
Orang-orang gagal membayangkan hukuman dari kegagalan.
Orang-orang sukses membayangkan ganjaran dari keberhasilan.
Salah satu kesalahan terbesar yang dapat anda buat dalam hidup ini,
adalah terus menerus takut akan membuat kesalahan.
Diambil dari buku KOMIK INSPIRASI “BERANI GAGAL”
Karangan Billi P.S. Lim

Change

When you change your thinking (pikiran)
You change your beliefs (keyakinan diri)
When you change your beliefs
You change your expectations (harapan)
When you change your expectations
You change your attitude (sikap)
When you change your attitude (sikap)
You change your behavior (tingkah laku)
When you change your behavior
You change your performance (kinerja)
When you change your performance
You change your destiny (nasib)
When you change your destiny
You change your life (hidup)
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang terdapat pada (keadaan) satu kaum
(masyarakat), sehingga mereka mengubah apa yang terdapat dalam diri (sikap mental)
mereka
” ( Ar Ra`d : 11)
(Renald Kasali)

Hati-hati dalam ber FACEBOOK

Jakarta – Jangan terlalu lengkap memasang profil diri dan foto di Facebook! Jangan terlalu gampang berteman di Facebook! Waduh, seruan tersebut tentunya tidak terlalu populer, atau cenderung diabaikan, bagi para Facebooker sejati. Ya memang, karena dengan bergesernya konsep dan ide sebuah pertemanan, maka tak apalah pada kenyataannya kita hanya punya segelintir teman di dunia nyata sepanjang punya berjibun (ratusan, ribuan) teman di situs jejaring sosial.

Seolah-olah dengan demikian keeksisan Anda adalah seberapa banyak teman yang dimiliki. Padahal dengan semakin banyak teman, yang kadang hanya teman sekedar kenal atau bahkan tak ingat lagi siapa dia atau bertemu dimana, maka semakin rentan terekspos data diri kita ke pihak-pihak di luar kontrol kita.

Walhasil, dengan demikian Anda akan semakin mudah menjadi korban ‘impersonation’.

Kasus…sebagai berikut

Tulisan ini sengaja saya buat dan saya titipkan ke detikINET, karena ada satu kasus yang langsung menimpa salah satu mahasiswi saya di sebuah perguruan tinggi swasta tempat saya mengajar. Si mahasiswi tersebut belum lama berselang mengadukan kisahnya kepada saya bahwa hampir tiap saat dirinya melalui ponsel dihubungi orang yang tidak dikenal, bahkan di tengah malam sekalipun.

Setelah saya gali informasi lebih lanjut, ternyata saya temukan bahwa data dirinya di Facebook, entah oleh siapa, di-copy dan dijadikan sebuah blog di Blogspot.com. Blog tersebut seolah-olah dikelola langsung oleh si mahasiswi tersebut. Inilah yang disebut dengan kasus ‘impersonation’

Bahkan si pelaku (impersonator), memindahkan sebagian foto-foto si mahasiswi tadi dari Facebook ke sebuah situs penyimpanan foto gratisan, imageshack.us. Isi blog tersebut, cenderung berupa pencemaran nama baik dan melecehkan martabatnyat sebagai wanita.

Celakanya lagi, di blog tersebut dicantumkan pula nomor ponsel yang sehari-hari digunakan oleh mahasiswi tersebut. Maka, hampir tiap saat dia harus menjelaskan bahwa dirinya bukanlah seperti apa yang tertulis di blog pada setiap penelpon yang masuk.

Penyelesaian

Kasus ini agak rumit, karena tempat si impersonator meletakkan data-data dan foto-fotonya berada di luar ranah Indonesia. Tetapi upaya tetap harus dilakukan. Di blogspot.com atau blogger.com, ada fasilitas untuk melakukan ‘flag blog’, dengan pilihan ‘impersonation’. Kita harus meng-attached hasil scan KTP atau SIM yang dapat membuktikan bahwa kita adalah korban dari pelaku impersonation.

Setelah kita men-submit, maka kita tinggal menunggu keputusan dari pengelola layanan blog tersebut untuk mencabut atau menghapus alamat blog yang menjadi keberatan kita.

Pun setali tiga uang dengan foto-foto yang terlanjur tersimpan di imageshack. Ada fitur untuk melaporkan dan meminta penghapusan foto-foto yang kita anggap materi berhak cipta, mengandung unsur pornografi ataupun kekerasan. Asumsinya, foto yang diambil dari akun Facebook kita tanpa seijin kita, adalah foto yang melanggar hak cipta.

Pencegahan

Agar kasus tersebut tidak terulang kepada siapapun, maka ada baiknya langkah-langkah pencegahan berikut ini bisa dijalankan ketika di dunia Facebook:

1). Jangan terlalu lengkap memasang profil atau data diri di Facebook. Tentunya semakin lengkap profil/data diri terpasang, semakin mudah mendapatkan teman. Tetapi di sisi lain, semakin beresiko pula data diri kita disalah-gunakan (abused)

2). Jangan memasang foto-foto diri Anda yang sekiranya Anda sendiri tidak akan merasa nyaman apabila foto tersebut tersebarluaskan secara bebas. Ingatlah, walau foto tersebut “hanya” diposting di akun Facebook Anda, sebenarnya itu sama saja dengan menyebarlukaskan foto tersebut ke publik. Sekali terposting dan tersebar, maka sangat sulit (dan nyaris mustahil) Anda bisa mencabut foto Anda dari Internet. Maka, selektiflah dalam berpose dan memposting foto Anda.

3). Jangan sembarangan ‘add friend’ atau melakukan approval atas permintaan seseorang untuk menjadi teman Anda. Cara memilah dan memilihnya mudah, yaitu lihat saja berapa jumlah “mutual friends” antara Anda dengan seseorang tersebut. Semakin sedikit “mutual friends”-nya, berarti semakin sedikit teman-teman Anda yang kenal dengan dirinya, yang berarti semakin beresiko tinggi. Pastikan Anda hanya menerima “pertemanan” yang “mutual friends”-nya cukup banyak.

4). Jangan sembarangan menerima tag photo. Bolehlah kita “banci tagging”, tetapi berupayalah lebih selektif. Artinya, sekali Anda terjun ke Facebook, rajin-rajinlah memeriksa “keadaan sekeliling”. Karena kita kadang menemukan foto diri kita yang di-upload dan di-tag oleh orang lain, padahal kita tidak suka foto tersebut disebarluaskan. Segera saja kita “untag” diri kita dari foto tersebut dan kalau perlu minta teman kita yang melakukan upload foto tersebut untuk mencabutnya.

5). Jangan tunda-tunda, ketika Anda menemukan data atau profil Anda digunakan oleh pihak lain untuk hal-hal di luar kontrol Anda, segeralah bertindak. Membiarkannya, justru akan membuatnya makin berlarut dan berdampak destruktif, setidaknya untuk kenyamanan diri sendiri. Laporkan langsung ke pengelola layanan tempat kejadian ‘impersonation’, untuk segera mencabut informasi aspal (asli tapi palsu) tersebut. Atau, mintalah bantuan pada orang atau pihak yang sekiranya bisa atau paham bagaimana mengatasi hal di atas.

*) Penulis, Donny B.U., adalah penggiat kampanye “Be Wise While Online” dalam program Internet Sehat – ICT Watch. Untuk artikel terkait lainnya, dapat dibaca di http://www.ictwatch.com/internetsehat atau http://www.internetsehat.org

Hidup untuk mati atau Mati untuk hidup

Kematian adalah sebuah kenyataan keras dan menakutkan yang akan dihadapi tiap tiap yang bernyawa. Tidak seorang pun mempunyai kekuatan untuk menghindarinya, dan tidak juga seorang pun yang berada disekitar orang yang sedang sekarat memiliki kemampuan untuk mencegahnya. Kematian adalah sesuatu yang (dapat) terjadi setiap saat dan yang merupakan sesuatu yang menimpa orang tua maupun muda, kaya ataupun miskin, yang kuat maupun yang lemah,. Mereka semuanya sama bahwa mereka tidak mempunyai rencana, dan juga tidak dapat lepas darinya, tidak ada jalan syafaat, tidak ada jalan untuk menghindarinya, atau menundanya.[1] Allah Jalla wa ‘Ala berfirman:
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS Al-Jumu’ah [62] : 8)
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenarbenarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS Al-Anbiya [21] : 34-35)
Sungguh itulah kematian: “yang menimbulkan ketakutan pada jiwa, dan dengannya amalan seseorang ditutup, dan apa yang datang setelahnya bahkan lebih menakutkan dan mengerikan. Adakah tempat seseorang berlari untuk lepas dari sesaknya himpitan kubur? Apa yang akan kita jawab ketika kita ditanyai di dalam kubur? Sungguh, tak seorang pun diantara kita mengetahui kemana akhir kita kelak. Akankah itu Surga yang seluas langit dan bumi, ataukah Neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu?”[2]
Ibrahim bin Adam rahimahullah (wafat 160 H) berkata, ketika dia ditanya tentang ayat: “Berdoalah kepadaku niscaya akan Ku-perkenankan bagimu” (QS Al-Mu’min [40] : 60). Mereka berkata, “Kami berdoa kepada Allah, namun Dia tidak mengabulkannya.” Maka beliau berkata:
“Engkau mengenal Allah, namun engkau tidak mentaati-Nya. Engkau membaca Al-Qur’an namun engkau tidak bertindak sesuai dengannya, engkau mengetahui Syaithan, namun engkau terus mengikutinya. Engkau menyatakan mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, namun engkau meninggalkan sunnahnya. Engkau berkata engkau mencintai Surga namun engkau tidak berusaha untuk mencapainya. Engkau berkata engkau takut kepada Neraka, namun engkau tidak berhenti berbuat dosa. Engkau berkata: “Sungguh kematian adalah benar adanya, namun engkau tidak bersiap-siap menghadapinya. Engkau menyibukkan dirimu dengan kesalahan orang lain, namun engkau tidak melihat kesalahan-kesalahan dirimu sendiri. Engkau makan (dari) rezeki yang diberikan Allah kepadamu, namun engkau tidak bersyukur kepada-Nya. Engkau menguburkan kematian (yang mati –pent), namun engkau tidak mengambil pelajaran.”[3]
Karenanya, ini, wahai pembaca yang mulia, adalah sesuatu yang harus kita tanamkan dengan kuat di dalam hati, kenyataan bahwa kehidupan di dunia ini terbatas dan memiliki akhir yang telah ditentukan, dan akhir ini pasti akan datang.
“Orang-orang shalih akan mati. Dan orang-orang jahat akan mati. Pejuang yang berjihad
akan mati. Dan mereka yang tinggal di rumah akan mati. Mereka yang menyibukkan diri
dengan keimanan yang benar akan mati. Dan mereka yang memperlakukan manusia layaknya budak-budak mereka akan mati. Pemberani yang menolak ketidakadilan akan mati. Dan pengecut yang mencari perlindungan dengan bergantung pada kehidupan yang
buruk ini akan mati. Orang-orang dengan tujuan dan cita-cita yang mulia akan mati. Dan
orang-orang malang yang hidup untuk kesenangan yang murah akan mati.”[4]
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS Al-Imran [3] : 185)
“Maka ingatlah selalu akan kematian, dan bahwa seseorang akan menuju pada kehidupan
berikutnya, dan banyaknya dosa yang telah dilakukan seseorang dan sedikitnya amal kebaikan yang dilakukan seseorang. Pikirkanlah akan kebaikan-kebaikan yang sangat ingin anda lakukan pada saat itu – dan bawalah hal itu kepada hari ini. Dan pikirkanlah tentang perkara-perkara yang ingin engkau bersih daripadanya, maka bersihkanlah dirimu dari sekarang.”[5]
______________
Catatan kaki:
[1] Al-Maut (hal. 9), Syaikh Ali Hasan Al-Halabi
[2] As-Salat wa Atharahu fi Ziyadatil Iman (hal 10), Syaikh Husain Al-Awaishah
[3] Al-Hafizh Ibnu Rajab di dalam al-Khusu fis-Salah (hal. 62)
[4] Al-Maut (hal 10)
[5] Al-Maut (hal. 16)
Sumber: sunnahonline.com

Istri Sholihah Anugerah Terindah

Jika kita ingin menikah, alangkah baiknya jika calon pendamping yang kita pilih adalah orang yang benar-benar sholeh. Hal ini sangat penting demi kelangsungan mahligai pernikahan yang kita bangun, sehingga mampu membentuk sebuah keluarga yang sakinah.Janganlah kita menikah dengan sembarang orang, telebih lagi menikah dengan orang yang tidak beriman.
Nabi Muhammad saw bersabda, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah.” (HR. Muslim)
Menjadi wanita sholehah merupakan keinginan setiap muslimah. Dapat pula menjadi kebanggaan seorang suami terhadap istrinya yang sholehah. Bahkan Nabi Muhammad saw telah memuliakan wanita sholehah dalam sabdanya.
Kita juga bisa mencontoh istri-istri Nabi Muhammad saw seperti Aisyah dan Siti Khadijah. Aisyah terkenal dengan kepintarannya. Seorang istri yang pintar tentu saja bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anaknya. Sedangkan Siti Khadijah adalah contoh seorang istri yang sholehah, setia dan rela berkorban demi Nabi Muhammad saw , serta selalu mendukung Nabi Muhammad saw untuk berjuang di jalan Allah swt.
Beruntunglah bagi setiap lelaki yang memiliki istri sholehah, sebab ia bisa membantu memelihara akidah dan ibadah suaminya. Nabi Muhammad saw bersabda, ”Barangsiapa diberi istri yang sholehah, sesungguhnya ia telah diberi pertolongan (untuk) meraih separuh agamanya. Kemudian hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam memelihara separuh lainnya.” (HR Thabrani dan Hakim).

Peran wanita sholehah sangat besar dalam keluarga. Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita sholehah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Oleh karena itu, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita sholehah dengan mencontoh pribadi istri-istri Nabi Muhammad saw
Download kajian audio “Istri Sholihah Anugerah Terindah”

Istri Sholihah Anugerah Terindah